Jumat, 02 Juni 2017

LAPORAN TEKNOLOGI FEEDLOT

Toko Online Jual LAPORAN TEKNOLOGI FEEDLOT Grosir Tas Wanita Import Branded KW Super Murah Model Terbaru 2017-2018 Tas Model Terbaru Paling Tren 2016-2017 Berbagai contoh model tas terbaru untuk wanita saat ini Produk Terbaru Grosir Tas Batam Branded Murah LAPORAN TEKNOLOGI FEEDLOT menjelma pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi berita mengutip. Beberapa berita lainnya bisa kalian dapatkan disini lewat baik.
Kebutuhan bakal konsumsi daging di Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat. Hal ini penyebabnya yaitu lantaran meningkatnya jumlah penduduk serta rata-rata kualitas hidup masyarakat serta makin tingginya kesadaran dari masyarakat distribusi atau bisa juga dikatakan kepada mengkonsumsi pangan yang dengannya kualitas baik serta kuantitas yng cukup (Rustam, 2011). Sejalan yang dengannya meningkatnya penduduk, kebutuhan bakal konsumsi daging di Indonesia terus meningkat per tahunnya. Kesempatan bisnis penggemukan sapi potong Amat menjanjikan lantaran melihat meningkatnya permintaan bahan makanan yng bermula dari hewan menjdai sumber protein hewani khususnya daging. Bisnis penggemukan sapi potong pun relevan yang dengannya upaya pelestarian sumber daya lahan. Bisnis penggemukan sapi potong sepantasnya satu dari sekian banyaknya indra penglihat pencaharian masyarakat peternakan yng mengantongi prospek yng cerah distribusi atau bisa juga dikatakan kepada dikembangkan di masa depan. Hal ini terbukti yang dengannya makin kagak terbatas diminati masyarakat baik dari kalangan peternak kecil, menengah maupun swasta ataupun komersial. Bisnis penggemukan sapi dasarnya memang merupakan mendayagunakan potensi genetik ternak distribusi atau bisa juga dikatakan kepada memperoleh pertumbuhan bobot badan yng efisien yang dengannya mempergunakan serta memanfaatkan pakan serta sarana produksi lain-lainnya, menjadikan menghasilkan nilai tambah bisnis yng ekonomis. Sejauh ini dikenal yang dengannya empat system penggemukan yng Suka diterapkan di peternakan-peternakan tertentu, yaitu system pasture fattening, dry lot fattening, system kombinasi yaitu pasture dandry lot fattening, serta system kereman ataupun penggemukan dry lot fattening yng bertambah simpel. Keempat system penggemukan di untuk, masing-masing memiliki manajemen yng berbeda serta memiliki kelebihan yang ditawarkan serta kelemahan. Prinsipnya, perbedaan system penggemukan sapi terdapat atau terletak pada teknik pemberian pakan ataupun ransum, luas lahan yng tersedia, umur serta kondisi sapi yng bakal digemukkans erta lama penggemukan (Rudin, 2013). PT Andini Megah Sejahtera sepantasnya satu dari sekian banyaknya perusahaan yng bergerak intern bidang penggemukan sapi potong di daerah Boyolali. Perusahaan yang telah di sebutkan dipimpin oleh Ibu Chinta Setyaning Nugraha, pada bulan Juli tahun 2012 serta berkembang sampai saat ini ini. Pengamatan yng di lakukan berupa pengetahuan terhadap data identitas peternak/pengusaha feedlot, latar belakang pengusaha, mengevaluasi tingkat kelayakan perusahaan feedlot, lokasi feedlot, design feedlot, bakalan/feeder stock, pakan/ransum, susunan dari ransum yng diberikan, penyakit, pengelolaan kebugaran atau kesehatan yng di lakukan, penanganan limbah, serta pemasaran hasil feedlot. Hasil akhir dari pelaksanaan Praktikum Teknologi Feedlot ini diharapkan mahasiswa pengembangan bisnis feedlot sapi potong yng berada di daerah kadar kota Boyolali.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi Potong Perkembangan peternakan di dunia bakal menimbulkan perkembangan ternak tertentu. Hal ini dikarenakan untuk dasar pemuliaan ternak yang dengannya tujuan satu ataupun sejumlah sifat yng menguntungkan intern perdagangan ternak. Ternak ini yng dikelompokkan intern bangsa-bangsa ternak eksotik maupun ternak bakal muncul satu sifat yng dipakai andaikan mendapatkan perlakuan tertentu. Menjdai semisal, kagak terbatas ternak sapi potong dari bangsa Eropa yng salah satunya bos Taurus (Abarden Angus) dikawinkan yang dengannya bos indicus (Brahman) distribusi atau bisa juga dikatakan kepada memperoleh ternak penghasil daging yng dipelihara didaerah tropis (Brangus) (Sarwono serta Arianto, 2006). Ternak sapi potong di Indonesia memiliki arti yng Amat strategis, bertambah-bertambah dikaitkan yang dengannya fungsinya menjdai penghasil daging, tenaga kerja, penghasil pupuk sangkar, tabungan, ataupun sumber rekreasi. Arti yng bertambah utamanya merupakan menjdai komoditas sumber pangan hewani yng bertujuan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada mensejahterakan kita-kita, memenuhi kebutuhan selera pembeli intern rangka menaikan kualitas hidup, serta mencerdaskan masyarakat (Santosa serta Yogaswara, 2006). Sapi sepantasnya penghasil daging utama di Indonesia, walaupun bakalan sapi masih terpenuhi dari impor.Konsumsi daging sapi mencapai 19 % dari jumlah konsumsi daging Nasional.Konsumsi daging sapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi daging pada tahun 2006 mencapai 4,1 kg/ kapita/tahun meningkat menjelma 5,1 kg/kapita/tahun pada tahun 2007. Akan tetapi peningkatan konsumsi daging ini tak diimbangi yang dengannya peningkatan populasi ternak (ketidakseimbangan sela supply serta demand), menjadikan diseimbangkan yang dengannya impor daging sapi setiap tahun yng terus meningkat kadar 360 ribu ton pada tahun 2004 menjelma 650 ribu ton pada tahun 2008 (Luthan, 2009). Sapi potong sepantasnya komoditas subsektor peternakan yng Amat potensial. Hal ini mampu dilihat dari tingginya permintaan bakal daging sapi. Akan tetapi, sejauh ini Indonesia belum mampu menyuplai seluruh kebutuhan daging yang telah di sebutkan. Akibatnya, pemerintah terpaksa membuka jalur impor distribusi atau bisa juga dikatakan kepada sapi hidup maupun daging sapi dari negara lain, misalnya Australia serta Selandia Baru. Bisnis peternakan sapi potong pada era ini masih tetap menguntungkan. Pasalnya, permintaan pasar bakal daging sapi masih terus memperlihatkan adanya peningkatan. Selain dipasar domestik, permintaan daging di pasar luar negeri pun cukup tinggi (Rianto serta Purbowati, 2009). Sapi PO (Peranakan Ongole), di pasaran pun Suka disebut menjdai sapi lokal ataupun Sapi Jawa ataupun Sapi Putih. Sapi PO ini hasil persilangan sela pejantan sapi Sumba Ongole (SO) yang dengannya sapi betina Jawa yng berwarna putih. Sapi Ongole (Bos Indicus) sebetulnya bermula dari India, salah satunya tipe sapi pekerja serta pedaging yng disebarkan di Indonesia menjdai sapi Sumba Ongole (SO). Sapi Ongole (Bos indicus) memerankan peran yng penting intern sejarah sapi di Indonesia. Sapi jantan Ongole dibawa dari daerah Madras, India ke pulau Jawa, Madura serta Sumba. Daerah Sumba dikenal yang dengannya sapi Sumba Ongole. Sapi Sumba Ongole (SO) dibawa ke Jawa serta dikawinkan yang dengannya sapi asal jawa serta lantas dikenal yang dengannya peranakan Ongole (PO). Sapi Ongole serta PO baik distribusi atau bisa juga dikatakan kepada mengolah lahan lantaran badan besar, kuat, jinak serta bertemperamen tenang, tahan terhadap panas, serta mampu mengikuti keadaan yang dengannya kondisi yng minim (Siregar, 2008). Sapi Limousin sepantasnya bangsa sapi yng bermula dari Prancis. Ciri-ciri sapi Limousin yakni konformasi kepala menyerupai persegi (perbandingan sela ukuran panjang serta lebar kepala hampir percis), leher pendek, warna tubuh merah keemasan yang dengannya warna yng bertambah terang padabagian perut bagian bawah, paha bagian intern, daerah kadar indra penglihat, mulut, anusdan ekor, konformasi badan kompak. Satu dari sekian banyaknya jenis sapi impor yng didatangkan ke Indonesia sepantasnya sapi Limousin, yng memiliki keunggulan dibanding sapi lokal yakni pertambahan bobot badan harian (PBBH) berkisar sela 0,80-1,60 kg/hari, konversi pakan tinggi serta komposisi karkas tinggi yang dengannya komponen tulang bertambah rendah (Hadi et al., 2002). Sapi Simpo (Simmental-Ongole) sepantasnya silangan sela sapi potong local yang dengannya mempergunakan semen sapi simmental. Peternak cenderung memilih sapi Simpo lantaran mengantongi pertumbuhan yng bertambah cepat serta pedet yng dilahirkan memiliki berat badan yng besar serta memiliki daya jual yng tinggi. Berat badan sapi Simpo bertambah besar dari pada sapi PO yakni 450 kg dibanding 350 kg (Dewi, 2005). B. Feedlot Sapi Potong 1. Lokasi Feedlot Sangkar diusahakan dibangun pada lokasi yng jauh dari lingkungan pemukiman masyarakat. Lokasi sebaiknya tak terganggu oleh tiupan hawa kencang. Tiupan hawa kencang bakal membuat ternak gampang sakit, lemas, serta kembung (Setiawan serta Arsa, 2005). Pendapat dari Murtidjo (1993), lokasi perkandangan Perlu memenuhi syarat menjdai berikut : a. Sangkar dibuat di daerah yng relatif bertambah tinggi dari daerah sekitarnya, tak lembab, serta jauh dari kebisingan. b. Sirkulasi udara segar, terhindar dari sirkulasi udara yng kencang. c. Sinar matahari pagi bebas masuk sangkar, bakal tetapi pada siang hari tak sampai masuk ke intern sangkar. d. Agak jauh dari pemukiman serta masyarakat tak terasa terganggu. e. Lokasi dianjurkan jauh dari sumber tirta minum yng dipergunakan oleh masyarakat kadar menjadikan kotoran ternak tak mencemari, baik secara langsung maupun lewat rembesan. f. Usahakan lokasi sangkar jauh dari tempat keramaian semisal jalan raya, pasar serta pabrik agar ketenangan ternak bisa terjaga. Syarat sangkar yng baik pendapat dari Soedono et al. (2003), yakni bumbung sangkar minimal 3 meter tingginya. Lapangan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada berjalan-jalan pedet Perlu bebas dari kotoran distribusi atau bisa juga dikatakan kepada mencegah infeksi parasit. Persediaan minum Perlu cukup di bawah naungan makanan konsentrat, hijauan, pakan yang dengannya kualitas tinggi serta mineral pun Perlu tersedia cukup. Tempat berbaring beralas jerami kering ditambah serbuk gergaji yng Perlu tersedia. 2. Desain Feedlot Beberapa hal yng Perlu diperhatikan mengenai sangkar diantaranya merupakan desain layout, dayamuat serta materi bangunan sangkar bertambah-bertambah lantai serta bumbung sangkar. Seluruh Perlu diperhatikan intern rangka mempermudahkan alur kegiatan pemeliharaan menginjak dari kedatangan bakalan, kemudahan proses pemberian pakan ternak serta minum, sekalian menyangkut kemudahan membersihkan sangkar baik dari sisa kotoran, makanan serta genangan tirta serta persiapan pngangkutan sapi yng siap dijual (Rahmat, 2005). Pendapat dari Soeprapto serta Abidin (2006), distribusi atau bisa juga dikatakan kepada memenuhi standar kegunaan, sangkar Perlu dibuat yang dengannya sejumlah persyaratan teknis menjdai berikut : a. Terbuat dari bahan-bahan memiliki kualitas, tahan lama serta tak gampang rusak. b. Andaikan hendak membuat sangkar koloni, luas sangkar Perlu sesuai yang dengannya jumlah sapi menjadikan sapi mampu bergerak leluasa. c. Biaya pembuatan tak terlalu kagak murah. d. Konstruksi lantai sangkar dibuat yang dengannya kemiringan 5-100, menjadikan tak ada tirta yng menggenang. Selain itu, bahan lantai sangkar dibuat dari bahan yng tak memicu becek. e. Perlu dibuat system sirkulasi udara yng memungkinkan lancarnya keluar masuk udara. f. Sinar matahari sebaiknya mampu masuk secara keseluruhan tanpa dihambat oleh keberadaan pohon ataupun dinding sangkar. g. Angin yng bertiup sebaiknya tak menerpa ternak secara langsung. h. Atap sangkar dibuat dari bahan yng murah, awet, ringan serta mampu memberikan kehangatan era malam hari Sangkar sepantasnya tempat ternak melakukan segala kegiatan hidupnya. Sangkar yng baik merupakan sesuai yang dengannya persyaratan kondisi kebutuhan serta kebugaran atau kesehatan sapi. Persyaratan umum perkandangan merupakan sinar matahari Perlu cukup menjadikan sangkar tak lembab, sinar matahari pada pagi hari tak terlalu panas serta mengantongi kandungan sinar UV yng berfungsi menjdai desinfektan, serta pembentukan vitamin D, lantai sangkar selalu kering lantaran sangkar yng lantainya basah andaikan berbaring maka tubuhnya bakal basah yng bisa mengaggu pernapasan, serta memerlukan tempat pakan yng lebar menjadikan sapi gampang distribusi atau bisa juga dikatakan kepada mengkonsumsi pakan (Sasono, 2009). Bahan bumbung yng biasa dipakai merupakan genting, seng, asbes, rumbai, alang- alang (ijuk). Bahan genting umumnya mempergunakan bahan yng gampang didapat serta harganya bertambah efisien. Beberapa jenis bahan yng bayak dipakai merupakan genting, lantaran terdapat celah-celah menjadikan sirkulasi udara cukup baik, andaikan mempergunakan bahan seng distribusi atau bisa juga dikatakan kepada bumbung dibuat tiang yng tinggi agar panasnya tak begitu berpengaruh terhadap ternak (Suranto, 2003). Beberapa perlengkapan sangkar distribusi atau bisa juga dikatakan kepada sapi meliputi :palungan yakni tempat pakan, tempat minum, saluran drainase, tempat penampungan kotoran, gudang pakan serta perlengkapan sangkar. Selain itu Perlu dilengkapi yang dengannya tempat penampungan tirta yng terdapat atau terletak diatas (tangki tirta) yng dihubungkan yang dengannya pipa ke seluruh sangkar. Sangkar dibutuhkan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada menjaga ternak sapi dari keadaan lingkungan yng merugikan yang dengannya adanya sangkar ini ternak bakal mendapatkan kenyamanan. Sangkar sapi di antaranya bisa sangkar barak. kepadatan sangkar diperhitungkan tak bertambah kagak bertambah dari 2 m per ekor (Santosa, 2001). Sangkar sepantasnya suatu bangunan yng dipakai distribusi atau bisa juga dikatakan kepada tempat tinggal ternak untuk sebagian ataupun sepanjang hidupnya. Suatu peternakan yng dikelola yang dengannya tata laksana pemeliharaan yng baik memerlukan sarana fisik menjdai penunjang ataupun kelengkapan, selain bangunan sangkar. Saran fisik yang telah di sebutkan sela lain kantor kelola, gudang, kebun hijauan pakan, serta jalan. Komplek sangkar serta bangunan-bangunan pendukung yang telah di sebutkan disebut menjdai perkandangan. Yang dengannya demikian, perkandangan merupakan segala aspek fisik yng berkaitan yang dengannya sangkar serta sarana maupun prasarana yng bersifat menjdai penunjang kelengkapan intern suatu peternakan (Rianto serta Purbowati, 2009). Sangkar bisa dibuat intern bentuk ganda ataupun tunggal, bergantung dari jumlah sapi yng dimiliki. Sangkar tipe tunggal, penempatan sapi di lakukan pada satu baris ataupun satu jajaran, senyampang sangkar yng bertipe ganda penempatannya di lakukan pada dua jajaran yng saling berhadapan ataupun saling bertolak belakang. Umumnya dibuat jalur di sela kedua jajaran yang telah di sebutkan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada jalan (Sugeng, 2002). 3. Bakalan Pendapat dari Sarwono serta Arianto (2006), kesuksesan penggemukan sapi potong Amat bergantung pada penetapan bakalan yng baik serta kecermatan selama pemeliharaan. Bakalan yng bakal digemukkan yang dengannya pemberian pakan tambahan bisa bermula dari sapi lokal yng dipasarkan di pasar hewan ataupun sapi impor yng belum maksimal pertumbuhannya. Sebaiknya bakalan dipilih dari sapi yng memiliki potensi bisa tumbuh optimal sesudah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yng dipilih yakni kurus, berusia menginjak dewasa, serta sepasang gigi serinya sudah tanggal. Sapi pada biasanya digolongkan menjelma tiga kelompok yakni Bos Indicus, Bos Taurus serta Bos Sondaikus. Bos Indicus sepantasnya bangsa sapi yng terdapat di daerah tropis, Bos Taurus sepantasnya bangsa sapi yng terdapat di daerah dingin serta Bos Sondaikusdan bos indicus sepantasnya bangsa sapi yng terdapat di daerah tropis. Sapi yng di usahakan menjdai ternak potong mengantongi ciri sela lain : a. Ukuran tubuh besar, berbentuk persegi panjang ataupun balok. b. Kualitas dagingnya baik. c. Laju pertumbuhannya cepat. d. Efisiensi pakannya tinggi. Kriteria penetapan sapi dari bentuk luarnya merupakan : a. Ukuran badan panjang serta intern. b. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah serta belakang serasi serta garis badan untuk serta bawah sejajar. c. Paha sampai pergelangan kaki penuh berisi daging. d. Dada lebar serta intern serta menonjol. e. Kaki besar, pendek serta kokoh (Sugeng, 2001). Pendapat dari Ngadiyono (2007), sapi bakalan ACC yang dengannya kondisi kurus bakal tetapi sehat cuma butuh waktu 60 hari distribusi atau bisa juga dikatakan kepada menjelma gemuk, yang dengannya rataan bobot badan 454,35 kg serta konversi pakan 8,22 jauh bertambah efisien dibanding lama penggemukan 90 serta 120 hari. Kriteria penetapan bakalan yakni bermula dari induk yng memiliki potensi genetik yng baik, bakalan cukup kurus, umur bakalan 2 – 2,5 tahun, sehat serta tak mengidap penyakit, serta bentuk tubuh yng proporsional (Rianto serta Purbowati, 2009). Bisnis penggemukan sapi pedaging butuh modal utama, yakni tersedianya bakalan yng memenuhi syarat secara kontinyu. Kemampuan peternak memilih serta menyediakan bakalan secara berkelanjutan Amat menetapkan laju pertumbuhan serta tingkat keuntungan yng diharapkan. Bisnis penggemukan sapi bertujuan memperoleh keuntungan dari pertumbuhan bobot sapi yng dipelihara (Hadi et al., 2002). 4. Pakan Pakan komplit sepantasnya pakan yng cukup mengantongi kandungan nutrien distribusi atau bisa juga dikatakan kepada ternak intern tingkat fisiologis tertentu yng dibentuk serta diberikan menjdai satu-satunya pakan yng mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok serta produksi tampa tambahan substabsi lain kecuali tirta (Hartadi et al., 2005). Seluruh bahan pakan yang telah di sebutkan, baik pakan kasar maupun konsentrat dicampur secara homogen menjelma satu. Pembuatan pakan komplit sebaiknya mempergunakan pakan lokal. Hal ini Amat dibutuhkan mengingat ketangguhan agribisnis peternakan merupakan mengutamakan mempergunakan bahan baku lokal yng tersedia di intern negeri serta kagak banyak bisa jadi mempergunakan komponen impor (Saragih, 2000). Paradigma pembangunan peternakan di era reformasi merupakan terwujudnya masyarakat yng sehat serta produktif serta kreatif menggunakan peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal. Penggalian potensi penggunaan limbah menjdai bahan pakan lokal Amat dibutuhkan mengingat rumput yng sepantasnya kebutuhan utama pada sapi, yng ketersediaannya langka dimusim kemarau. Penggunaan pakan lokal sepantasnya satu dari sekian banyaknya pakan pengganti pemecahan masalah ketidakkontinyuan penyediaan bahan pakan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada hewan ruminansia (Syamsu et al., 2003). Menyusun ransum distribusi atau bisa juga dikatakan kepada penggemukan sapi sebaiknya terdiri dari pakan kasar/hijauan serta pakan konsentrat, tujuannya merupakan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada saling melengkapi kekurangan zat gizi satu percis lain dari bahan-bahan pakan menjadikan penampilan ternak bisa optimal. Pemberian konsentrat yng tinggi sepantasnya satu dari sekian banyaknya upaya distribusi atau bisa juga dikatakan kepada mempercepat proses pertumbuhan, produksi karkas serta daging yang dengannya kualitas tinggi serta menaikan nilai ekonominya. Perbandingan pemberian pakan hijauan serta konsentrat distribusi atau bisa juga dikatakan kepada penggemukan sapi secara komersial sela 30% : 70% ataupun maksimal 20% : 80%. Akan tetapi secara finansial pemberian konsentrat dianggap ekonomis andaikan penambahan pendapatan bertambah tinggi ataupun setara yang dengannya penambahan biaya dari jumlah pemberian konsentrat yng diberikan (Nuschati, 2003). Rumput merupakan tumbuhan yng kuat serta mampu tumbuh cepat. Padang rumput yng luas di Afrika dinamakan sabana, di Australia dinamakan semak, di Amerika Utara dinamakan prairie, di Amerika Selatan dinamakan pampas, serta di Asia di sebut stepa. Hijauan yng hendak ditanam tentu saja menguntungkan menjadikan Perlu memenuhi produktivitas persatuan luas yng tinggi, nilai palabilitas yng baik, serta mengikuti keadaan baik yang dengannya lingkungan. Menjdai semisal jenis rumput potong yng memilki palabilitas yng baik merupakan rumput gajah (Pennistum purpureum), Setaria sphacelata, Panicum maximum, rumput gembala misalnya African Star Grass (Civardi serta Thomson, 2003). Rumput gajah (Pennisetum purpureum) sepantasnya tanaman tahunan yng membentuk rumpun yang dengannya tinggi mencapai 4,5 m. Rumput gajah Amat disukai ternak, tahan kering serta tergolong rumput yng berproduksi tinggi yang dengannya produksi di daerah lembah ataupun yang dengannya irigasi bisa mencapai bertambah dari 290 ton rumput segar/ha/tahun (Mcllroy, 2000). Rumput gajah bisa hidup pada tanah asam yang dengannya ketinggian 0-3000 m serta bisa dipotong andaikan rumput telah mencapai ketinggian 1 – 1,5 m (Reksohadiprodjo, 2000). Rumput gajah bermula dari Afrika serta mengantongi kadar protein yakni 9,5% dari bahan keringnya (Soedomo, 2000). Pennisetum purpureum berproduksi kadar 150.000 kg/ha/th serta bisa di lakukan pemotongan sesudah 50-60 hari serta selanjutnya di lakukan 30-50 hari sekali. Panjang batang rumput mencapai 2,7 m yang dengannya buku serta kelopak berbulu, helai daun mengantongi panjang 30-90 cm serta lebar 2,5 mm sedangkan lidah daun Amat sempit serta berbulu putih pada ujungnya yang dengannya panjang 3 mm. Rumput gajah kagak terbatas dijumpai di persawahan.Tingginya mencapai 5 m, berbatang tebal serta keras, daun panjang, serta bisa berbunga semisal es lilin. Kandungan rumput gajah terdiri untuk 19,9% bahan kering (BK), 10,2% protein kasar (PK), 1,6% lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu, serta 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Jarak tanamnya bervariasi 60 x 75 cm, 60 x 100 cm, 50 x 100 cm, 75 x 100 cm serta juga lain-lainya. Produksi rata-rata kadar 250 ton/ha/tahun. Rumput ini berumur panjang, tumbuh membentuk rumpun serta batang tegak. 5. Penyakit Sanitasi intern bisnis peternakan mutlak dibutuhkan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada melindungi kebugaran atau kesehatan ternak yng bersangkutan. Sanitasi yakni tindakan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada melindungi kebersihan lingkungan setiap harinya. Sanitasi yng baik bakal menekan perkembangan penyakit uang bisa menyerang baik pada ternak maupaun peternak sendiri. Pemeliharaan sangkar yang dengannya sanitasi merupakan tindakan pencegahan (preventif) yng Amat baik (Soedono et al., 2003). Feedlot merupakan pemeliharaan serta penggemukan di lakukan secara intensif yang dengannya waktu tertentu yng sudah ditetapkan, misalkan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan serta 9 bulan. Kesempatan di kenai penyakit bisa jadi Amat kecil dikarenakan pemeliharaan intern waktu singkat. Penyakit yng paling umum menyerang yakni pincang, pneumonia, flu, serta lain-lain. Cara penanganannya yakni yang dengannya memisahkan ternak dari ternak yng sehat serta lantas diberikan obat (Lestari, 2014). Pencegahan sepantasnya tindakan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada melawan aneka macam penyakit. Bisnis pencegahan ini meliputi karantina ataupun isolasi ternak, vaksinasi, deworming, serta pengupayaan peternakan yng higienis (Sudarmono serta Sugeng, 2008). Sapi-sapi bakalan yng bakal digemukkan ataupun yng pertama kali dibeli di pasar hewan, butuh dimasukkan ke intern sangkar karantina yng letaknya terpisah dari sangkar penggemukan. Pemberian vaksin umumnya di lakukan pada era sapi bakalan berada di sangkar karantina. Pemberian vaksin cukup di lakukan sekali distribusi atau bisa juga dikatakan kepada setiap ekor lantaran sapi cuma dipelihara intern waktu yng singkat, yakni kadar 3-4 bulan (Abidin, 2008). Pendapat dari Astiti (2010), prinsip sanitasi yakni bersih secara fisik, kimiawi, serta mikrobiologi. Hal-hal yng Perlu diperhatikan intern sanitasi merupakan ruang serta perkakas yng disanitasi, monitoring program sanitasi, harga bahan yng dipakai, ketrampulan pekerja serta sifat bahan/yang dibuat dimana kegiatan bakal di lakukan. Pengendalian penyakit sapi yng paling baik melindungi kebugaran atau kesehatan sapi yang dengannya tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada melindungi kebugaran atau kesehatan sapi yang dengannya melindungi kebersihan sangkar beserta peralatannya, salah satunya memandikan sapi. Dan sapi yng sakit dijauhkan yang dengannya sapi sehat serta segera di lakukan pengobatan. Mengusakan lantai sangkar selalu kering serta menyaring kebugaran atau kesehatan sapi secara teratur serta di lakukan vaksinasi sesuai petunjuk. Tindakan pencegahan penyakit pada ternak sapi potong semisal, hindari kontak yang dengannya ternak sakit, sangkar selalu bersih, isolasi sapi yng diduga sakit agar tak menular ke sapi lain, melakukan tes kebugaran atau kesehatan bertambah-bertambah penyakit brucellosis serta tubercollosis, desinfeksi sangkar serta perlengkapan serta vaksinasi teratur. Beberapa penyakit ternak yng Suka menyerang sapi semisal antrax, ngorok, keluron serta lain-lain. Pencegahan penyakit bisa di lakukan vaksinasi secara teratur (Syukur, 2010). 6. Penanganan Limbah Limbah sapi bisa berupa kotoran/feses serta tirta seni. Era ini limbah sapi yng dijadikan kompos ataupun pupuk organik kagak terbatas diminati masyarakat. Hal ini penyebabnya yaitu harga pupuk kimia relatif kagak murah serta merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi menjelma kompos andai di lakukan yang dengannya benar bakal menjelma sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini di lakukan yang dengannya aneka macam cara bergantung dari bahan tambahan yng dipakai (Soedono et al., 2003). Tempat penimbunan kotoran ternak terdiri dari dua bagian utama yakni lubang serta bumbung. Ukuran lubang penimbunan dibuat sesuai yang dengannya jumlah kotoran ternak yng diperoleh. Atap bisa dibuat dari aneka macam bahan, yng penting bisa menjaga kotoran dari terik matahari serta tirta hujan (Santosa, 2001). Kotoran sapi bila didekomposisi yang dengannya stardec yng mengantongi kandungan mikroorganisme cell bakal menghasilkan pupuk organik disebut menjdai fine compost. Fine compost bakal menyuplai unsur hara yng dibutuhkan tanaman sekalian memperbaiki struktur tanah. Hasil nya, biaya produksi bertambah rendah serta produksi meningkat.Stardec diperoleh LHM (Lembah Hijau Multifarm), bertujuan menjdai satu dari sekian banyaknya upaya membantu tercapainya keseimbangan, serta membuat limbah-limbah yng tak bermanfaat menjelma berdaya guna serta berdaya hasil. Limbah semisal kotoran ternak serta blotong pabrik gula yng diolah yang dengannya stardec mampu menciptakan sebuah solusi distribusi atau bisa juga dikatakan kepada menaikan martabat dunia yng seimbang (Trobos, 2001). Limbah ternak bisa berguna menjdai pupuk sangkar. Feses andai diolah secara benar mengantongi nilai ekonomis yng tinggi selain dari penjualan susu serta penjualan bayi. Setiap ekor sapi bisanya mengeluarkan feses kagak bertambah bertambah 10 kg perhari. Andai dipehitungkan secara ekonomis bakal memperbanyak pendapatan petani peternak (Priyo, 2008). Limbah peternakan semisal feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi sepantasnya satu dari sekian banyaknya sumber bahan yng bisa dimanfaatkan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada menghasilkan biogas. Akan tetapi di sisi lain perkembangan ataupun pertumbuhan industri peternakan memicu masalah distribusi lingkungan semisal menumpuknya limbah peternakan termasuknya di dalamnya limbah peternakan sapi. Limbah ini menjelma polutan lantaran dekomposisi kotoran ternak berupa BOD serta COD (Biological/Chemical Oxygen Demand), bakteri patogen menjadikan memicu polusi tirta (terkontaminasinya tirta bawah tanah, tirta permukaan), polusi udara yang dengannya debu serta bau yng ditimbulkannya (Efriza, 2009). Sapi potong sepantasnya satu dari sekian banyaknya komponen bisnis yng cukup berperan intern agribibisnis pedesaan, utamanya intern system integrasi yang dengannya sub sektor pertanian lain-lainnya, menjdai rantai biologis serta ekonomis system bisnis tani. Terkait yang dengannya penyediaan pupuk, maka sapi bisa berfungsi menjdai pabrik kompos. Seekor sapi bisa menghasilkan kotoran sebanyk 8-10 kg/hari yng andaikan diproses bakal menjelma 4-5 kg pupuk organik. Potensi pupuk organik ini diharapkan bisa dimanfaatkan secara optimal distribusi atau bisa juga dikatakan kepada mernpertahankan kesuburan lahan, menggunakan siklus unsur hara secara sempurna (Mariyono et al., 2010). 7. Pemasaran Sapi hasil penggemukan umumnya dijual sesudah penggemukan selama 4 – 6 bulan yang dengannya bobot jual 584 – 600 kg. Sebelum memasarkan sapi butuh di lakukan penimbangan sapi, penentuan harga jual, menetapkan pasar tujuan. Selain itu pun menetapkan jalur pemasaran, perkakas angkut serta taktik pemasaran (Fikar serta Ruhyadi, 2010). Riset pemasaran mengkhususkan berita yng dibutuhkan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada menghadapi isu-isu,mendesain metode pengumpulan berita, mengelola serta mengimplementasi proses pengumpulan data, menganalisis hasil nya serta mengkomunikasikan hasil temuan serta implikasinya. Era peternak menjual sapi disarankan berdasar bobot badan ataupun bobot karkas (sapidihargai sesudah dipotong) serta harga pasar (Sugeng, 2001). Beberapa hari sebelum penggemukan selesai, peternak sebaiknya sudah sasaran pemasaran serta harga sapi yng bakal dijualnya. Penaksiran harga itu didasarkan pada bobot badan serta harga sapi yng sedang berlaku dipasaran. Akan bertambah baik andaikan penjualan sapi bisa diatur pada era harga sapi sedang baik. Setiap peternak yng melakukan penggemukan sapi hendaknya selalu memonitor harga sapi di pasaran agar jangan sampai tertipu oleh harga penawaran pedagang-pedagang ternak (Siregar, 2008).
III. CARA PELAKSANAAN
A. Waktu serta Tempat Praktikum Praktikum kunjungan ke perusahaan feedlot sapi potong dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Mei 2014 bertempat di PT Andini Megah Sejahtera, berlokasi di Jalan Wisata Tlatar Km. 3,3 Desa Kebonbimo, Kecamatan Tlatar, Kabupaten Boyolali pada pukul 08.00-11.00 WIB. B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Langsung a. Observasi/Survey lapang Observasi secara langsung di lakukan yang dengannya melakukan pengamatan langsung di lapangan. b. Wawancara Wawancara di lakukan kepada farm manager PT Andini Megah Sejahtera. c. Dokumentasi Melakukan pencatatan serta pengambilan gambar yng berhubungan yang dengannya kegiatan praktikum. 2. Metode tak langsung a. Metode pengumpulan data yang dengannya menulis data-data yng telahada, meliputi data identitas peternak/pengusaha feedlot, lokasi feedlot, desain feedlot, bakalan/feeder stock, pakan/ransum, penyakit, penanganan limbah, serta pemasaran hasil. b. Studi pustaka yang dengannya penelusuran rujukan menjdai bahan pelengkap, pendukung serta pembanding serta konsep intern pemecahan masalah yng diambil dari buku-buku maupun browsing internet.
IV. PEMBAHASAN HASIL PRATIKUM 1. Identitas Peternak/Pengusaha Feedlot Peternakan PT Andini Megah Sejahtera berada di Desa Kebonbimo Jl. Wisata Tlatar Km 3,3 Kecamatan Boyolali, Boyolali. Pemilik peternakan bernama Chinta Setyaning Nugraha ini pada awal mulanya mendirikan bisnis penggemukan (feedlot) di daerah Boyolali kota serta menginjak bulan Juli tahun 2012 membuka bisnis penggemukan sapi di daerah dekat wisata Tlatar. Kapasitas ternak yng ada berjumlah 250 ekor yang dengannya 10 ekor jantan serta 240 ekor betina. Jenis bakalan sapi potong yng digemukkan di peternakan yang telah di sebutkan merupakan jenis sapi peranakan Limousin, peranakan Simmental, peranakan Ongole, serta sapi jawa. 2. Lokasi Feddlot Letak geografis perusahaan PT Andini Megah Sejahtera yakni 10022’ BT - 110050’ BT serta 7036’ LS – 7071’ LS. Curah hujan sebesar 50 – 300 mm/bulan. Arah hawa yakni Tenggara yang dengannya kecepatan hawa 25 km/jam serta sinar matahari bisa masuk ke intern sangkar. Topografi sangkar yakni bergelombang yang dengannya suhu 25 – 29 0C serta kelembaban 60 – 70 %. Ketersediaan tirta lancar, terlalu tersedia serta sumber tirta bermula dari sungai, sumur, serta sumber tirta bersih Tlatar. Ketersediaan pakan lancar serta asal pakan dari lahan sendiri (hijauan) serta pembelian dari warga kadar (jerami padi serta hijauan). Ketersediaan bakalan kontinyu tersedia terus-menerus serta asal bakalan yakni dari daerah kadar Boyolali serta pasaran jawa. Ketersediaan pasar local yakni di pasaran kadar serta tempat pemasarannya bisa dipasaran ataupun para jagal bisa langsung datang ke peternakan. Keadaan harga yakni yang dengannya mengikuti harga pasaran menginjak dari Rp. 37.000,00 – Rp. 39.000,00/kg BB hidup. Fasilitas transportasi yng ada yakni armada yng sudah disediakan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada pemasaran jarak jauh. Sangkar diusahakan dibangun pada lokasi yng jauh dari lingkungan pemukiman masyarakat. Lokasi sebaiknya tak terganggu oleh tiupan hawa kencang. Tiupan hawa kencang bakal membuat ternak gampang sakit, lemas, serta kembung (Setiawan serta Arsa, 2005). Hal ini sesuai yang dengannya peternakan PT Andini Megah Sejahterayang berada jauh dari pemukiman masyarakat. Arah hawa yng ada pun tak mengganggu keadaan ternak lantaran tak secara langsung mengenai ternak bakal tetapi haluan anginnya yakni Tenggara, menjadikan pendirian lokasi feedlot semisal yng dikemukakan oleh Setiawan serta Arsa (2005) sudah sesuai. 3. Bakalan Bakalan yng terdapat pada PT Andini Megah Sejahteraterdiri dari jenis sapi Simpo (Peranakan Simental PO), Limpo (Peranakan Limousin PO), PO, serta sapi Jawa. Sapi yng dipakai kebanykan telah persilangan sela bos indicus yang dengannya bos Taurus. Hal ini dikarenakan sapi bos Taurus andai tak dipersilangkan yang dengannya bos indicus maka tak mampu mengadaptasikan dirinya yang dengannya lingkungan tropis. Pendapat dari Sugeng (2001), sapi pada biasanya digolongkan menjelma tiga kelompok yakni Bos Indicus (zebu: berpunuk), Bos Taurus serta Bos Sondaikus.Bos Indicus sepantasnya bangsa sapi yng terdapat di daerah tropis, Bos Taurus sepantasnya bangsa sapiyang terdapat di daerah dingin serta Bos Sondaikus sepantasnya bangsa sapi yng terdapat di daerahtropis. Sapi yng di usahakan menjdai ternak potong mengantongi ciri sela lain ukuran tubuh besar, berbentuk persegi panjang ataupun balok, kualitas dagingnya baik, laju pertumbuhannya cepat, cepat matang, serta efisiensi pakannya tinggi. Kriteria penetapan sapi dari bentuk luarnya merupakan ukuran badan panjang serta intern, bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah serta belakang serasi serta garis badan untuk serta bawah sejajar, paha sampai pergelangan kaki penuh berisi daging, dada lebar serta intern serta menonjol, serta kaki besar, pendek serta kokoh.
Gambar Bakalan Jumlah sapi bakalan yng ada yakni 250 yang dengannya 10 ekor jantan serta 240 ekor betina. Asal sapi yakni dari daerah kadar Boyolali serta pasaran Jawa (pasar Sunggingan, pasar Prambanan, serta pasar Ngampel). Ketersediaan bakalan secara konyinyu tak pernah terhambat. Harga bakalan menyesuaikan harga pasaran yang dengannya harga Rp. 10.000.000,00 – Rp. 14.000.000,00/250 - 350 kg BB hidup. Keunggulan jenis bakalan yng diunakan yakni lantaran adanya ketersediaan bakalan sapi lokal yng melimpah serta regulasi pemerintah untuk larangan sapi impor tak boleh masuk di daerah Boyolali. Lama penggemukkan yng di lakukan di PT Andini Megah Sejahtera merupakan 3 bulan penggemukkan ataupun 90 hari. Umur bakalan yng digemukkan merupakan 1,5-2 tahun yang dengannya bobot badan 250 -350 kg. Sapi umur 1,5-2 tahun andai dipakai distribusi atau bisa juga dikatakan kepada penggemukkan serta diberi pakan yng kualitasnya baik pertumbuhan bobot badannya bisa mencapai pertambahan yng maksimal. Tak dipakai sapi berumur 2 tahun ke untuk dikarenakan daya tahan tubuh yng makin menurun serta kualitasnya menurun. Pendapat dari Abidin (2002), biasanya mutu daging yng bermula dari sapi afkiran ini tak terlalu baik. Meskipun demikian ada sejumlah jenis sapi yng memanglah khusus dipelihara distribusi atau bisa juga dikatakan kepada digemukkan lantaran karakteristik yng dimilikinya, semisal tingkat pertumbuhannya cepat serta kualitas daging cukup baik. Sapi ini ia yng biasanya dijadikan menjdai sapi bakalan, yng dipelihara secara intensif selama sejumlah bulan menjadikan diperoleh pertambahan berat badan yng ideal distribusi atau bisa juga dikatakan kepada dipotong. 4. Pakan
Gambar Hijauan (Rumput Gajah) Jenis pakan yng diberikan pada PT Andini Megah Sejahtera yakni hijauan serta konsentrat. Hijauan dibagi menjelma dua yakni rumput gajah serta jerami padi. Konsentrat yng diberikan yakni intern bentuk konsentrat jadi yng telah diformulasikan sesuai yang dengannya kebutuhan. Pendapat dari Siregar (2008), menyatakan bahwasanya pakan sapi potong Perlu memenuhi persyaratan, sela lain tersedia sepanjang tahun, berharga gizi tinggi, harganya relatif murah serta tak mengantongi kandungan racun ataupun zat anti nutrisi. Pemberian pakan yng memiliki kualitas maka bakal mencukupi kebutuhan nutrien yng bakal dipakai oleh tubuh ternak menjdai sumber energi kegiatan, energi reproduksi serta energi produksi.
Gambar Konsentrat Bahan-bahan pakan yng dipakai sebagian besar bermula dari pabrikan serta limbah industri. Pembuatan kosentrat ini bertujuan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada memperoleh pakan yng memiliki kualitas tinggi serta gampang didapatkan pasokannya serta harga yng bisa ditekan semurah bisa jadi. Formula konsentrat yng ada yakni sumber energi yng terdiri dari onggok, pollard/bren, bekatul, gaplek, serta tetes/molasses. Sumber protein yng terdiri dari bungkil klenteng, bungkil sawit, bungkil kopra, menir, serta CGN. Sumber aditif yng dipakai merupakan campuran dari kalsium serta vitamin. Selain itu pun dipakai bahan penyumpal semisal kulit kopi serta kulit kacang. Pendapat dari Soedomo (2000), kandungan rumput gajah terdiri untuk 19,9% bahan kering (BK), 10,2% protein kasar (PK), 1,6% lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu, serta 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Kandungan konsentrat yakni protein kasar 13 - 14 % serta energi 65 – 70 %. Jumlah pemberian ransum yakni 2,5-5 % dari BB intern bentuk BK. Perbandingan yng dipakai sela hijauan yang dengannya konsentrat yakni 20 : 80 intern bentuk BK (bahan kering). Hal ini sesuai yang dengannya pendapat Nuschati (2003), bahwasanya pemberian konsentrat yng tinggi sepantasnya satu dari sekian banyaknya upaya distribusi atau bisa juga dikatakan kepada mempercepat proses pertumbuhan, produksi karkas serta daging yang dengannya kualitas tinggi serta menaikan nilai ekonominya menjadikan pemberian pakan hijauan serta konsentrat distribusi atau bisa juga dikatakan kepada penggemukan sapi secara komersial sela 30% : 70% ataupun maksimal 20% : 80%. System pemberian di lakukan dua kali yakni pagi serta siang hari. Pagi hari pukul 05.00 WIB distribusi atau bisa juga dikatakan kepada konsentrat serta pukul 07.00 WIB distribusi atau bisa juga dikatakan kepada hijauan. Siang hari pukul 13.00 WIB distribusi atau bisa juga dikatakan kepada konsentrat serta pukul 15.00 WIB distribusi atau bisa juga dikatakan kepada hijauan. Konsentrat diberikan berlebi dahulu yng berfungsi agar mikrobia berkembang biak berlebi dahulu menjadikan hijauan yng diberikan bisa dikonsumsi yang dengannya sempurna. Konsentrat diberikan intern bentuk kering sedangkan hijauan diberikan intern bentuk dicacah (telah di chopper). Harga konsentrat distribusi atau bisa juga dikatakan kepada fase starter yakni Rp 2.700,00/kg serta distribusi atau bisa juga dikatakan kepada fase finisher yakni Rp. 2.800,00/kg. Harga hijauan yakni Rp. 400,00/kg distribusi atau bisa juga dikatakan kepada rumput gajah serta Rp. 300,00/kg distribusi atau bisa juga dikatakan kepada jerami padi. 5. Penyakit Penyakit yng Suka muncul pada PT Andini Megah Sejahtera yakni flu serta radang. Pencegahan penyakit yng di lakukan yakni sebelum sapi masuk ke peternakan diberikan obat cacing, suntik hormon, serta pemberian vitamin. Hal ini sesuai yang dengannya pendapat Lestari (2014), yng menyatakan feedlot merupakan pemeliharaan serta penggemukan di lakukan secara intensif yang dengannya waktu tertentu yng sudah ditetapkan, misalkan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan serta 9 bulan. Kesempatan di kenai penyakit bisa jadi Amat kecil dikarenakan pemeliharaan intern waktu singkat. Penyakit yng paling umum menyerang yakni pincang, pneumonia, flu, serta lain-lain. Cara penanganannya yakni yang dengannya memisahkan ternak dari ternak yng sehat serta lantas diberikan obat. Pengobatan yng di lakukan bila terserang penyakit yakni yang dengannya cara penyuntikan antibiotik. Selain itu ternak yng sakit bakal dijauhkan serta dimasukkan ke intern sangkar karantina. Pendapat dari Syukur (2010), tindakan pencegahan penyakit pada ternak sapi potong yakni yang dengannya menghindari kontak yang dengannya ternak sakit, sangkar selalu bersih, isolasi sapi yng diduga sakit agar tak menular ke sapi lain, melakukan tes kebugaran atau kesehatan bertambah-bertambah penyakit brucellosis serta tubercollosis, desinfeksi sangkar serta perlengkapan serta vaksinasi teratur. Kerugian yng ditimbulkan akibat terserang penyakit yakni recovery ternak bakal lama menjadikan panen yng diperoleh pun lama. Walaupun usaha-usaha pencegahan penyakit di lakukan secara terus menerus, adakalanya kita mendapatkan kondisi sapi yng tak sehat. Menjdai pengetahuan praktis, ada baiknya pun diketahui sejumlah jenis penyakit pada ternak sapi di Indonesia, penyebab, ciri-ciri, serta upaya pengobatannya. Meskipun, kontak yang dengannya para ahli semisal dokter hewan merupakan langka yng benar dibanding melakukan pengobatan sendiri (Abidin, 2002). 6. Penanganan Limbah
Gambar Penampungan Limbah Padat
Gambar Pembuangan Limbah Cair Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan bisnis peternakan semisal bisnis pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan yang dibuat ternak serta lain-lain. Limbah yang telah di sebutkan meliputi limbah padat serta limbah cair. Limbah cair semisal urin serta limbah padat semisal feses, sisa pakan, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen serta lain-lain. Total limbah yng diperoleh peternakan bergantung dari jenis ternak, jumlah ternak, besar bisnis, tipe bisnis serta lantai sangkar. Manure yng terdiri dari feses serta urin sepantasnya limbah ternak yng terbanyak diperoleh serta sebagian besar manure diperoleh oleh ternak ruminansia semisal sapi, kerbau, kambing serta domba. Biasanya setiap kilogram susu yng diperoleh ternak perah menghasilkan 2 kilogram limbah padat ataupun feses, serta pada sapi potong setiap kilogram daging sapi menghasilkan 2,5 kilogram feses (Sihombing, 2000). Jumlah limbah padat yng diperoleh yakni 7.500 – 12.500 kg/ 250 ekor sapi/hari. Jumlah limbah cair yng diperoleh yakni 1.750 liter/250 ekor sapi/hari. Terdapat tempat penampungan limbah bakal tetapi limbah yng diperoleh oleh ternak tak diolah yang dengannya baik. Limbah padat yng diperoleh tak mengalami pegolahan bakal tetapi dijual intern bentuk feses kering. Limbah ternak yng berupa kotoran ternak, baik padat (feses) maupun cair (tirta kencing, tirta bekas mandi sapi, tirta bekas mencuci sangkar serta prasarana sangkar) serta sisa pakan yng tercecer sepantasnya sumber pencemaran lingkungan paling bertambah banyak didominasi di area peternakan. Limbahternak intern jumlah yng besar bisa memicu bau yng menyengat, menjadikan butuh penanganan khusus agar tak memicu pencemaran lingkungan (Sarwono serta Arianto, 2002). Hal ini tak sesuai yang dengannya kondisi yng ada pada PT Andini Megah Sejahtera yng limbahnya tak diolah menjadikan memicu bau yng bisa mengganggu kondisi ternak. Pembersihan kotoran pun cuma di lakukan satu kali intern sehari. 7. Pemasaran Pemasaran merupakan proses merencanakan serta melaksanakan konsep, memberikan harga, melakukan promosi serta mendistribusikan ide, barang serta jasa distribusi atau bisa juga dikatakan kepada menciptakan pertukaran yng memenuhi tujuan individu serta organisasi. Manajemen suatu pemasaran dibutuhkan suatu riset pemasaran. Riset pemasaran merupakan fungsi yng menghubungkan pembeli, pelanggan serta publik yang dengannya pemasaran menggunakan berita-berita yang dengannya luar, distribusi atau bisa juga dikatakan kepada mengidentifikasi peluangdan masalah pemasaran menjadikan menghasilkan, melaksanakan serta mengevaluasi upaya pemasaran, memantau kinerja pemasaran menjdai suatu proses produksi (Siregar, 2008). Pemasaran hasil yng di lakukan di PT Andini Megah Sejahtera yakni intern bentuk sapi. Hal ini sesuai yang dengannya pendapat Sugeng (2001), peternak menjual sapi disarankan berdasar bobot badan ataupun bobot karkas (sapi dihargai sesudah dipotong) serta harga pasar. Sebaiknya dihindari penjualan system taksiratau perkiraan harga, terkecuali bila peternak telah Amat berpengalaman menjadikan tak merugi. Selain penjualan hasil penggemukan, kotoran ternak serta sisa pakan sepantasnya hasil ikutan yng Amat berguna menjdai pupuk tanaman serta bisa menjelma tambahan pendapatan para peternak. Lokasi/tempat pasar yng dipakai distribusi atau bisa juga dikatakan kepada pemasaran yakni di pasaran jawa kadar (pasar prambanan, pasar Sunggingan, serta pasar Ngemplak). Ada pun jagal yng datang langsung ke peternakan. Sapi yng dijual intern harga per kg bobot hidup yakni sama harganya Rp. 37.000,00 – Rp. 39.000,00. Limbah yng dipasarkan cuma limbah padat kering yng dijual yang dengannya harga Rp. 60.000,00 – Rp. 120.000,00/truk bergantung tingkat kekeringan dari limbah padat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Tata letak PT Andini Megah Sejahtera telah memenuhi syarat dilihat dari letak geografis, topografis, ketersediaan tirta, ketersediaan bakalan, ketersediaan pakan, pemasaran, serta transportasi. Letak geografis terdiri dari haluan hawa, curah hujan, serta sinar matahari yng bisa masuk ke intern sangkar. Topografi peternakan yakni bergelombang yang dengannya suhu 25 – 29 0C serta kelembaban 60 – 70%. Ketersediaan tirta selalu lancar yang dengannya sumber tirta dari sungai serta sumber tirta Tlatar. Ketersediaan pakan lancar yang dengannya jenis pakan hijauan (jerami padi serta rumput gajah) serta konsentrat. Ketersediaan bakalan tersedia secara kontinyu serta asal bakalan dari daerah kadar serta pasaran jawa. Ketersediaan pasar lokal yakni di daerah kadar serta pasaran jawa yang dengannya keadaan harga mengikuti harga pasaran. Penanganan limbah di PT Andini Megah Sejahtera belum sesuai. Hal ini dikarenakan limbah padat yng ada tak mengalami pengelolaan serta limbah cair dibiarkan mengalir ke selokan. Transportasi yng dipakai intern pemasaran telah tersedia intern bentuk armada, menjadikan pemasaran bisa berlangsung yang dengannya lancar. B. Saran Sebaiknya intern praktikum selanjutnya kunjungan di lakukan pada sejumlah perusahaan feedlot menjadikan mahasiswa bisa membandingkan sela perusahaan satu yang dengannya perusahaan lain-lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka, Jakarta. Astiti, L. G. S. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan serta Pengendalian Penyakit pada Ternak Sapi. Nusa Tenggara Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, NTB. Civardi, A. serta R. Thomson. 2003. Ensiklopedia Mini. Erlangga, Jakarta. Dewi, N. W. 2005. Kinerja Induk Sapi Silangan Simmental Peranakan Ongole Pada Paritas Yng Berbeda Di Tingkat Peternak. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Efriza, F. E. 2009.Biogas Limbah Peternakan Sapi Sumber Energi Pengganti Ramah Lingkungan.Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Fikar, S. serta D. Ruhyadi. 2010. Buku Pintar Beternak serta Usaha Sapi Potong. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta. Hadi, P. U., A. Thahar, N. Pandangan pertama kali. serta B. Winarso. 2002. A Progress Report Summary: Analytic Framework To Facilitate Development Of Indonesia’s Beef Industry. Paper Presented at the “Routine Seminar”. Center for Agro Socio Economic Research and Development, Bogor. 8 Maret 2002. 24 p. Jurnal Litbang Pertanian. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo. serta A.D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi Pakan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada Indonesia. Gajah Mada University Press, Yokyakarta. Lestari, I. A. 2014. Feedlot. Didownload dari http://www.academia.edu/6461340/Feedlot. (Diakses tanggal 14 Mei 2014 Pukul 19.13 WIB). Luthan, F. 2009. Implementasi Program Integrasi Sapi yang dengannya Tanaman Padi, Sawit serta Kakao di Indonesia. Prosiding Workshop Nasional Dinamika serta Keragaan System Integrasi Ternak – Tanaman: Padi, Sawit, Kakao. (InPress). Pusat Penelitian serta Pengembangan Peternakan. Bogor. Mariyono, Y. Anggraeni. serta A. Rasyid. 2010. Rekomendasi Teknologi Peternakan serta Veteriner Mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014. Badan Penelitian serta Pengembangan Pertanian. Mcllroy, R. J. 2000. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta. Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta. Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT. Citra Aji Pratama, Yogyakarta. Nuschati, U. 2003. Penggunaan Kaliandra (Calliandra calotyrsus) distribusi atau bisa juga dikatakan kepada Substitusi Konsentrat Pabrik intern Pakan distribusi atau bisa juga dikatakan kepada Penggemukan Sapi Frisian Holstein Jantan. Thesis Magister Sain. Jurusan Nutrisi Ternak, Fakultas Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro Semarang, Semarang. Murtidjo, B. A. 1993. Kambing Menjdai Ternak Potong serta Perah. Kanisius, Yogyakarta. Priyo. 2008.Ternak Umum. Kanisius, Semarang. Rahmat, S. A. 2005. Rencana Usaha Penggemukan Sapi Potong di Perkebunan Tebu Subang. Didownloaddarihttp : // www.rni.com//.(Diakses tanggal 8 Mei 2014 pukul 12.30 WIB). Rasyid, A. H. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Didownload dari http://peternakan.litbang.deptan.go.id/datahtml/download/files/juknis_perkandangan.pdf. (Diakses tanggal 8 Mei 2014 pukul 19.00 WIB). Reksohadiprodjo, S. 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rianto, E. serta E. Purbowati. 2009. Tatacara Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Rudin. 2013. Aneka macam System Penggemukan Sapi Potong. Fakultas Peternakan. Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari. Rustam. A. 2011. Proposal Bisnis Penggemukan Sapi Potong. Subang. Jawa Barat. Didownload dari http://rudinunhalu.blogspot.com/2013/08/berbagai-sistem-penggemukan-sapi-potong.html. (Diakses tanggal 7 Mei2014 pukul 20.45 WIB). Santosa, U. 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya, Jakarta. Santosa serta Yogaswara. 2006. Manajemen Bisnis TernakPotong. Niaga Swadaya, Jakarta. Saragih, B. 2000. Kebijakan Pengembangan Agribisnis di Indonesia Berbasiskan Bahan Baku Lokal. Bull. Peternakan edisi Tambahan hlm. 6 – 11. Sarwono, B. serta H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Edisi I. Penebar Swadaya, Jakarta. Sarwono, B. serta B. M. Arianto. 2006. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Edisi II. Penebar Swadaya, Jakarta. Sasono. 2009. Beternak Sapi Secara Intensif. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Setiawan, T. serta T. Arsa. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya, Jakarta. Sihombing, D. T. H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Bisnis Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian IPB, Bogor. Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Soedomo, R. 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. PT. Gramedia, Jakarta. Soedono, A., R. F. Rusdiana serta B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Soeprapto, H. serta Z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sudarmono, A. S., serta Y. B. Sugeng. 2008. Sapi Potong. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugeng, Y. B. 2001. Pengembangan Ternak Sapi. Gramedia, Jakarta. Sugeng, B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Suranto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Syamsu, A. Jasmal, L. A. Sofyan, K. Mudikdjo, serta E. Gumbira. 2003. Daya Dukung Limbah Pertanian Menjdai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Indonesia. Wartazoa Buletin Ilmu Peternakan Indonesia.Vol-13,No. 1. Pusat Penelitian serta Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian serta Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Syukur. D. A., 2010. Beternak Sapi Potong. Dinas Peternakan serta Kebugaran atau kesehatan Hewan, Bandar Lampung. Trobos. 2001. Penanganan Limbah pada Ternak Secara Modern. Grasindo, Jakarta.