Jumat, 02 Juni 2017

Laporan Praktikum Pembuatan Rambak Ceker Ayam

Toko Online Jual Laporan Praktikum Pembuatan Rambak Ceker Ayam Grosir Tas Wanita Import Branded KW Super Murah Model Terbaru 2017-2018 Tas Model Terbaru Paling Tren 2016-2017 Berbagai contoh model tas terbaru untuk wanita saat ini Produk Terbaru Grosir Tas Batam Branded Murah Laporan Praktikum Pembuatan Rambak Ceker Ayam selaku pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi keterangan mencabut. Beberapa keterangan lainnya bisa kalian dapatkan disini demi baik.

PEMBUATAN RAMBAK CEKER
A. Tinjauan Pustaka Kerupuk kulit ataupun yng dikenal yang dengannya nama kerupuk rambak merupakan kerupuk yng tak dibuat dari adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi, kerbau, kelinci, ayam ataupun kulit ikan yng dikeringkan. Kulit ayam yng berpangkal dari bagian cakar ayam, bisa dimanfaatkan menjdai bahan baku kerupuk rambak. Kulit cakar ayam kagak secercah menyimpan kandungan kolagen menjadikan bisa dijadikan bahan baku pembuatan kerupuk rambak kulit (Amertaningtyas, 2012).
Ceker ayam yng rata hasil samping dari rumah potong ayam ataupun pengusaha ayam potong yng dijual intern bentuk telah disembelih serta dibersihkan bulunya selama ini praktis cuma dipakai alokasi atau bisa juga dikatakan alokasi masak sup ataupun direbus alokasi atau bisa juga dikatakan alokasi diambil kuahnya ataupun kaldunya saja. Cakar ayam bisa dimanfaatkan alokasi atau bisa juga dikatakan alokasi memperoleh nilai ekonomis yng kian tinggi. Jenis makanan yng berpangkal dari hasil samping budi daya ayam salah satunya kripik ayam ini tiba kagak secercah diproduksi di daerah-daerah yng kagak secercah menghasilkan ayam broiler misalnya di Kabupaten Sidoarjo, Jombang, Mojokerto Jawa Timur (Hisyam, 2013).
Cakar ayam masih dianggap menjdai limbah pemotongan yng menyimpan nilai ekonomis rendah, hendak tetapi andai kita pandai serta kreatif, maka cakar ayam bisa diolah serta dimanfaatkan selaku barang-barang kerajinan kulit yng menyimpan nilai ekonomis tinggi. Satu dari sekian banyaknya pemanfaatannya merupakan menjdai bahan baku penyamakan kulit, lantaran tersedia cukup serta pengadaannya terus menerus bisa disediakan, gampang didapat, harga relatif murah, serta menyimpan rajah yng kagak jelek alias bagus. Kulit cakar ayam samak bisa dipakai alokasi atau bisa juga dikatakan alokasi membuat barang-barang kulit semisal tas, dompet, tali jam tangan, serta lain-lain (Mustakim, 2009).
Ceker ayam (Shank) merupakan suatu bagian dari tubuh ayam yng kagak kian diminati, yng terdiri untuk komponen kulit, tulang, otot, serta kolagen menjadikan butuh diberikan sentuhan teknologi alokasi atau bisa juga dikatakan alokasi diolah selaku yang dibuat yng menyimpan nilai tambah. Selama ini, ceker ayam pertama kali dimanfaatkan menjdai campuran sup serta krupuk ceker. Nilai tambah dari keduaproduk yang telah di sebutkan masih rendah. Satu dari sekian banyaknya komponen ceker ayam yng berpotensi alokasi atau bisa juga dikatakan alokasi dikembangkan merupakan kulit kaki ayam mengingat menyimpan komposisi kimia yng mendukung semisal kadar minuman 65,9%; protein 22,98%; lemak 5,6%; abu 3,49%; serta bahan-bahan lain 2,03% (Purnomo, 1992).
Kandungan protein kerupuk ceker ayam berkisar jeda 38,65 - 41,70%. Protein pada kerupuk ceker ayam sebagian besar terdiri dari kolagen. Kolagen menyimpan tingkat kecernaan yng rendah. Akan tetapi demikian, kolagen mengandungasam amino prolin serta hidroksiprolin yng Amat berperan intern pertumbuhan mahluk hidup. Kerupuk ceker ayam menyimpan kandungan lemak yng cukup tinggi yakni 49,52 - 52,41 %. Penyerapan minyak selama proses penggorengan bisa menaikan kandungan lemak pada kerupuk ceker ayam (Sutejo serta Damayanti, 2002).
B. Materi serta Metode 1. Materi a. Alat 1) Pisau 2) Alat pengukus 3) Alat penggorengan 4) Nampan 5) Penyaring 6) Kompor b. Bahan 1) 1 kg ceker ayam broiler 2) Penyedap rasa 3) Bubuk bawang Putih 4) Bubuk pala 5) Merica 6) Garam 7) Minyak Goreng
2. Metode a. Ceker ayam segar dicuci bersih yang dengannya minuman mengalir b. Dikukus intern perangkat pengukus selama 10 menit. c. Ceker kukus diangkat serta ditiriskan sampai dingin. d. Ceker dikuliti yang dengannya cara menyayat pada bagian telapak kaki yng dilanjutkan bagian jari serta dijauhkan dari tulang. e. Lantas ceker direndam intern minuman yng menyimpan kandungan bumbu selama 10 menit. f. Ceker ditiriskan serta dijemur selama 3 hari. g. Krecek ceker digoreng intern minyak panas. h. Rambak ceker siap dikonsumsi. i. Melakukan uji organoleptik meliputi rasa, warna, tekstur, serta aroma.
C. Hasil serta Pemaparan 1. Hasil Pengamatan
2. Pemaparan Didasari praktikum yng sudah di lakukan hasil samping yang dibuat ternak yakni ceker ayam selain dipakai alokasi atau bisa juga dikatakan alokasi campuran pembuatan sop ayam sebenarnya bisa diolah selaku aneka macam yang dibuat di antaranya rambak ceker ayam. Pembuatan rambak ceker intern praktikum mempergunakan cara yng simpel yakni pertama ceker ayam sebanyk 1 kg dicuci bersih, sesudah bersih ceker ayam dikukus intern dandang selama kagak kian kian 10 menit agar membuat mudah pada era proses pengulitan lantas ditiriskan serta ditunggu sampai dingin, sesudah dingin ceker dikuliti yang dengannya cara menyayat pada bagian telapak kaki yng dilanjutkan ke bagian jari, tahap selanjutnya merupakan perendaman yang dengannya bumbu, andai bumbu telah meresap jemur krecek dibawah sinar matahari selama tiga hari serta goreng rambak agar bisa dikonsumsi.
Didasari praktikum pembuatan rambak ceker di lakukan penilaian yang dengannya empat parameter yakni warna, tekstur, aroma serta rasa. Rambak ceker yng dibuat menyimpan warna cokelat kehitaman. Tekstur rambak ini rada keras serta bentuknya kecil-kecil. Selain itu, aroma dari rambak ceker ini hangus serta rasanya asin.
Sesudah di lakukan penilaian terhadap rambak ceker tradisional di lakukan juga penilaian terhadap rambak ceker komersial. Rambak ceker komersial menyimpan warna kuning keemasan (golden brown). Tekstur rambak komersial ini renyah serta bentuk keripiknya mekar. Rambak komersial ini beraroma gurih serta rasanya kagak banyak asin.
Rambak ceker tradisional lantas dibandingkan yang dengannya yang dibuat rambak ceker komersial. Pada rambak ceker tradisonal berwarna cokelat kehitaman hendak tetapi berbeda yang dengannya rambak ceker komersial yng berwarna kuning keemasan. Hal ini kelihatannya penyebabnya yaitu pada era proses penggorengan rambak ceker tradisional terlalu lama menjadikan rambak yng diperoleh terlalu matang. Hal ini sesuai yang dengannya Winarno (1997) menyatakan penentuan mutu bahan makanan pada biasanya Amat bergantung pada sebagian faktor, di antaranya warna. Secara visual faktor warna tampil kian dahulu serta kadang-kadang Amat menentukan lantaran warna dipakai menjdai indikator kematangan.
Tekstur rambak ceker tradisional yng rada keras atau bentuk rambak yng kecil-kecil berbeda yang dengannya tekstur rambak komersial yng cukup renyah atau bentuk rambaknya mekar. Perbedaan tekstur jeda rambak ceker tradisional yang dengannya rambak ceker komersial kelihatannya penyebabnya yaitu lantaran pada era pembuatan rambak ceker tradisional proses pengulitan yng di lakukan tak sempurna atau tak di lakukan perendaman yang dengannya minuman kapur. Pendapat dari Cayana serta Sumang (2008) menyatakan perendaman yang dengannya minuman kapur hendak memberikan kemekaran yng baik.
Pendapat dari Setyaningsih et al., (2012) menyatakan aroma rata satu dari sekian banyaknya faktor penting alokasi pembeli intern memilih yang dibuat makanan yng disukai. Aroma rambak ceker tradisional hangus serta rasanya asin sedangkan rambak ceker komersial beraroma cukup gurih serta rasanya kagak banyak asin. Perbedaan rasa serta aroma jeda rambak ceker tradisonal serta komersial kelihatannya penyebabnya yaitu pada era menentukan takaran bumbu tak sesuai standar ceker ayam yng tersedia. Kelebihan garam memicu rasa dari rambak ceker selaku Amat asin serta disaat digoreng selaku cepat hangus.
Seluruh panelis kian menyukai rambak ceker komersial dibanding rambak ceker tradisional. Lantaran dari penilaian ke empat parameter yakni warna, tekstur, aroma serta rasa rambak ceker komersial kian unggul daripada rambak ceker tradisonal. Hal ini kelihatannya penyebabnya yaitu pada era proses pembuatan rambak ceker tradisional terdapat kesalahan diantaranya proses pengulitan, penggorengan serta pembuatan bumbu tak sesuai yang dengannya prosedur yng telah ditetapkan.
D. Kesimpulan Hasil dari praktikum menunjukan bahwasanya rambak ceker yng dibuat gagal kian-kian dari segi rasa yng terlalu asin menjadikan tak bisa dikonsumsi. Selain itu, kesalahan intern menggoreng memicu keripik rambak ceker hangus serta terasa pahit kehitaman. Produk akhir Amat berbeda yang dengannya kontrol yaitu rambak ceker komersial. Butuh adanya persiapan serta prosedur yng benar sebelum pelaksanaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Amertaningtyas, D. 2012. Pengolahan Kerupuk Rambak Kulit di Indonesia. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 21 (3): 18 - 29 ISSN: 0852-3581. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang. Cayana serta Sumang, 2008. Pengolahan Rambak Cakar Ayam Menjdai Makanan Ringan. Processing of rambak chicken’s scrawl as snack.. Jurnal Agrisistem, Vol. 4 No. 1 ISSN 1858-4330. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Hisyam, 2013. Kripik Ceker Ayam, Pengganti Bisnis yng Menjanjikan. http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2013/11/28/kripik-ceker-ayam-alternatif-usaha-yang-menjanjikan. Diakses pada tanggal 28 November 2013 pukul 20.00 WIB. Purnomo E. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Yogjakarta. Kanisius. Setyaningsih, E., E. Purwani serta D. Sarbini. 2012. Perbedaan Kadar Kalsium, Albumin serta Daya Terima Pada Selai Cakar Ayam daan Kulit Pisang yang dengannya Variasi Perbanndingan Kulit Pisang Yng Berbeda. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sutejo, A. serta Damayanti,W. 2002. Rambak Cakar Ayam. Trubus Agrisara. Surabaya. Winarno, FG. 1997. Pangan Gizi Teknologi Serta Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta